AKARTA, BKKBN – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) mengucapkan syukur atas terselenggaranya kegiatan Penandatanganan Perjanjian dan Launching Aplikasi Si Centing Siamasei di Sulawesi Barat.

“Terimakasih karena sudah berinovasi dalam rangka meningkatkan pelayanan stunting,” ucapnya saat menyampaikan arahannya melalui virtual, Kamis (14/09/2023).

“Bapak presiden memberikan arahan untuk mengatasi stunting menuju Indonesia Emas, karena 2035 sebetulnya kesempatan menjadi kaya (memanfaatkan bonus demografi), (dan kesempatan itu) sudah menutup di 2035. Setelah tahun 2035 dependensi ratio sudah meningkat lagi. Sehingga kesempatan terbaik (untuk meraih peluang bonus demografi) adalah sekarang,” terang dokter Hasto.

Dokter Hasto menilai keluarga menjadi fondasi utama. Sehingga yang perlu diberikan sentuhan dan perhatian serius adalah keluarga. Termasuk dalam program Percepatan Penurunan Stunting.

“Arahan (presiden) untuk menuju (stunting) 14% sungguh suatu hal yang sangat tinggi targetnya. Namun demikian (rekomendasi) WHO (Badan Kesehatan Dunia), seandainya di bawah 20% sudah termasuk baik,” tambahnya.

Menyinggung capaian stunting di Sulawesi Barat, dokter Hasto berharap prevalensinya segera di bawah 20% dari 35% di 2022 sesuai hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.

“Bulan September adalah bulan pengukuran. Harapan kami dikawal betul pengukurannya oleh bidan-bidan. Dan juga di cek apakah blok sensus merata di seluruh kabupaten kota. Jangan sampai blok sensus hanya mengelompok di wilayah tertentu sehingga nanti mencerminkan angka stunting yang tidak sesuai di Sulbar,” imbuhnya, seraya mengatakan, tepat sekali ada aplikasi baru Si Centing, sehingga mencabut pengukuran stunting yang terakhir.

Stunting sangat berkorelasi dengan jumlah anak. Dokter Hasto menunjuk Mamuju, wilayah dengan jumlah anak dalam keluarga terbanyak di Sulawesi Barat. Dokter Hasto berpesan, “Titip kepada Pak Kapolda dan jajaran, mungkin bisa bersama-sama mendukung bagaimana pelayanan kontrasepsi di Mamuju karena jumlah anak masih terlalu banyak.”

Sulbar merupakan provinsi dengan jumlah anak dalam keluarga cukup tinggi, rata-rata 2,5. “Juga angka kelahiran bagi yang usianya masih terlalu muda, 15-19 tahun, juga terlalu tinggi, terutama Mamuju Tengah, Mamasa,” jelas dokter Hasto.

Untuk itu, dokter Hasto menyambut baik kegiatan ini karena akan menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi. ” Related dengan angka stunting, ternyata angka kematian ibu dan anak di Sulbar juga masih di atas rata-rata nasional. Dengan aplikasi ini, kita dapat memberi perhatian kepada ibu hamil, dan juga kepada ibu yang baru saja melahirkan. Akan sangat efektif sekali,” ujarnya.

Dokter Hasto mengatakan, percepatan penurunan stunting difokuskan pada faktor spesifik dan sensitif. Namun ketika faktor sensitif masih terlalu berat dilaksanakan, seperti air bersih dan sanitasi layak, maka faktor spesifik bisa digenjot. “Yang mau nikah dan hamil semua diperhatikan,” tambah dokter Hasto.

Menurut dokter Hasto, Tim Pendamping Keluarga (TPK) sudah cukup tersedia di Sulbar. “Harapannya, aplikasi ini nanti juga mendukung pak Kapolda dan jajaran Tim Pendamping Keluarga, juga bekerja sama dengan Bhabinkamtibmas, bisa bersama-sama mendampingi keluarga berisiko tinggi stunting.”

Lebih jauh, dokter Hasto menerangkan, “Kami pernah membuat simulasi dengan penduduk 1,4 juta, yang lahir kira-kira 20 per seribu. Sehingga satu tahun hanya sekitar 28 ribu paling banyak yang hamil dan melahirkan. Rata-rata sehari hanya 70-80 orang yang hamil dan melahirkan, sehingga (jumlqh) Tim Pendamping Keluarga cukup.”

Dokter Hasto juga berharap bayi berisiko stunting dengan panjang badan kurang dari 48 cm didata juga dalam aplikasi si Centing. Jumlahnya diperkirakan sekitar 20 per hari.

“Nanti di aplikasi Si Centing bisa dimasukkan semua yang lahir tiap hari di seluruh Sulbar. Jumlahnya hanya 70-80 jiwa per hari yang melahirkan,” ujar dokter Hasto.

Dokter Hasto juga mengingatkan untuk memasukkan data panjang dan berat badan bayi. “Nanti akan ketahuan kira-kira hanya sekitar 20 rata-rata per hari bayi yang panjang badannya kurang dari 48 cm,” ujar dokter Hasto.

Dengan aplikasi Si Centing, dokter Hasto berharap akan diketahui dengan baik kondisi bayi dan data terkait lainnya. Berdasarkan data, sampai Agustus 2023 ada 3.876 orang menikah di Sulbar, dan yang sudah mengisi aplikasi elsimil (elektronik siap nikah hamil) hanya 898 orang. “Semoga aplikasinya (elsimil) bisa diintegrasikan juga dengan aplikasi yang ada di Si Centing,” tutup dokter Hasto.

Hadir secara luring Kapolda Sulbar Irjen Pol Adang Ginanjar dan Pj Gubernur Sulbar Prof Zudan Arif Fakrulloh yang menyampaikan harapan yang sama, bahwa aplikasi tersebut bisa menekan angka stunting di Sulawesi Barat.

Aplikasi Si Centing merupakan aplikasi pertama di Indonesia dengan sistem informasi untuk mendeteksi masalah stunting pada anak-anak balita yang merujuk pada perkembangan fisik dan sebagainya. Sekaligus dapat menghubungkan secara efektif antara bayi-bayi yang terindikasi stunting dengan Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulbar. n

Penulis : Tri Wulandari Henny Astuti
Editor: Santjojo Rahardjo
Tanggal Rilis : Jumat/15/09/2023

Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.