MASA kerja 34 tahun seakan tak menyurutkan semangat Ida Ayu Rohini (54 tahun) dalam mengikuti dengan tekun Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi bagi Dokter dan Bidan yang digelar oleh Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali.

Padahal Ida Ayu Rohini atau biasa disapa Bidan Dayu Rohini telah melayani ribuan akseptor Keluarga Berencana (KB) sejak dirinya menjadi tenaga pelayan kesehatan masyarakat pada 1988. Dayu Rohini juga telah puluhan kali membantu persalinan dengan lancar.

Bagi Dayu Rohini, pelatihan merupakan bagian dari kegiatan yang sangat positif dalam meningkatkan kapasitas dirinya, khususnya untuk meningkatkan kepesertaan KB di Bali.

Karena itu tidak mengherankan jika Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menyebut Bali adalah contoh best practice (penerapan terbaik) dalam hal pengendalian jumlah penduduk dan juga upaya percepatan penurunan prevalensi stunting.

Bali memiliki angka TFR (total fertility rate) terendah di Indonesia yakni 1,9. Ini berarti satu perempuan di Bali rata-rata hanya memiliki dua anak. Angka pertumbuhan penduduk yang seimbang untuk menopang kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.

Angka prevalensi stunting di Bali juga terendah di Indonesia yakni 10,9 dan jauh di bawah rata-rata nasional yang berada pada angka 24,4 persen.

Semangat jiwa kemanusiaan masih terlihat jelas dari sorot mata Dayu Rohini yang ditemui di sela-sela Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan Angkatan I, Jumat (07/10/2022). 

Perempuan kelahiran Sukawati, Gianyar pada 9 September 1968 ini merupakan salah satu peserta tertua dalam pelatihan yang dilaksanakan BKKBN selama 16 hari dengan metode blended learning, yaitu 8 hari daring dan 8 hari praktek secara luring. 

Menurut Dayu Rohini, dirinya merasa bahagia ketika pelayanan yang  ia berikan dengan setulus hati berjalan lancar dan pasien puas. 

“Saat menolong persalinan, ibu dan bayi sehat, maka saya ikut bahagia. Begitu juga saat pelayanan KB yang tidak ada keluhan dari pasien. Saya merasa bahagia,” kata Dayu Rohini yang menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) pada 1987 dan diangkat sebagai PNS pada 1988.

Tidak cukup puas sebagai perawat, selanjutnya Dayu Rohini menuntaskan Pendidikan Program Bidan (P2B) pada 1991. Sejak itu, Dayu Rohini sebagai bidan telah melayani pemasangan alat kontrasepsi.

Dia menuturkan, pelayanan KB yang dilayani sebagai Praktek Mandiri Bidan (PMB) antara lain suntik, pemasangan dan pencabutan IUD dan implan, pil, kondom. Saking banyaknya yang dilayani, Dayu Rohini mengatakan tidak sempat menghitung.

“Banyak, apalagi saya dulu sering juga dipanggil sama teman-teman PMB untuk memasang atau pencabutan implant. Kalau dari jadi bidan, semua jenis KB yang saya layani. Jumlahnya mungkin ada ribuan. Tapi untuk MKJP saja (IUD dan Implant) ada sepertinya di atas 100 orang,” kata perempuan pemegang sertifikat CTU (Contraception Technology Update) Intrauterine Device (IUD) dan Implant ini.

Selain perasaan suka saat melayani masyarakat, perasaan duka juga sempat dialami Dayu Rohini yakni saat ada pasien yang sudah amenore atau hamil namun tidak menginginkan karena tidak mau memakai kontrasepsi.

Dayu Rohini mengatakan dirinya hanya bisa memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dan kemudian menyarankan agar segera ber-KB setelah anak lahir. 

“Saya juga meminta kepada calon ibu agar tidak menggugurkan kandungannya. Karena bayi yang dikandung itu titipan Sang Pencipta,” kata Dayu Rohini yang pada 1988 hingga April 1997 bertugas di RSUD Singaraja ini.

Dayu Rohini berpesan kepada masyarakat agar benar-benar merencanakan keluarganya dari sejak sebelum pernikahan.

“Bila ingin menunda kehamilan atau tidak ingin hamil lagi, sebaiknya segera ke pelayanan kesehatan untuk konsultasi tentang kontrasepsi agar tidak terjadi kehamilan yang tidak direncanakan,” kata Dayu Rohini.

Duka lainnya dialami Dayu Rohini saat membantu persalinan. “Saat menolong persalinan ada kendala yang menyebabkan bayi tidak bisa tertolong. Itu membuat saya sedih,” ujar perempuan yang kini bertugas RSUD Wangaya sejak tahun 1997 itu.

Dayu Rohini juga mengaku sebelumnya sudah pernah mengikuti pelatihan KB dari BKKBN. Baik itu CTU IUD implan, hingga konseling dengan ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan) ber-KB.  

Menurutnya, materi yang diberikan sangat relevan dan sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam praktek di lapangan.

“Saya berharap semoga BKKBN bisa mengadakan pelatihan-pelatihan tentang KB secara berkala terhadap para bidan, sehingga bisa lebih kompeten dalam memberi pelayanan KB terutama pemasangan dan pencabutan IUD maupun implant,” ujar perempuan yang menamatkan program D-IV Kebidanan pada 2010 ini.

Pemberian diri untuk melayani dengan hati yang tulus, kemauan untuk terus berlatih dan belajar, adalah sikap yang patut ditiru dari Dayu Rohini. n

Penulis: EKA

Editor: KIS

Tanggal Rilis: Senin, 10 Oktober 2022

Media Center BKKBN

mediacenter@bkkbn.go.id

0812-3888-8840

Jl. Permata nomor 1 

Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

 

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.