SEMARANG, BKKBN — Percepatan Penurunan Stunting harus dilakukan berkelanjutan. Tanpa harus terhambat masa perhelatan pesta demokrasi, ataupun karena berbeda pilihan di masyarakat.
Pasalnya, stunting akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia, di mana negara saat ini tengah menuju era bonus demografi dan generasi emas di 2045.
“Kita ingin 2045 nanti kualitas SDM kita lebih tinggi lagi. Mendapatkan generasi emas. Penerus bangsa yang handal, pintar dan mengurus negara menjadi lebih baik,” ujar Tuti Nusandari Roosdiono, Anggota Komisi IX DPR RI kala melakukan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Semarang.
Untuk itu. pada Rabu (17/01/2024) Perwakilan BKKBN Jawa Tengah kembali bergerak ke daerah untuk melakukan edukasi dan promosi percepatan penurunan stunting bersama Komisi IX DPR RI.
Baik BKKBN maupun Komisi IX DPR RI sepakat untuk meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) melalui intervensi stunting sampai ke akarnya.
Disadari, kualitas SDM menentukan keberhasilan suatu bangsa. Maka, perlu dipersiapkan SDM berkualitas dari saat ini. Sehingga hal yang menghalangi tercapainya Indonesia Emas, termasuk stunting, bisa dihilangkan.
Perempuan Berdaya
Perwakilan BKKBN Jawa Tengah mengutus perempuan-perempuan hebatnya, yakni Eka Sulistia Ediningsih, Nasri Yatiningsih, dan Ratih Dewantisari, untuk melakukan edukasi percepatan penurunan stunting di masyarakat.
Bersama Komisi IX DPR RI mereka bergerak menyisir kabupaten dan kota di Jawa Tengah, mendekat ke masyarakat, untuk bersama melakukan promosi dan edukasi percepatan penurunan stunting.
Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih, di setiap kesempatan bertemu masyarakat selalu mengajarkan bagaimana stunting bisa dicegah dan ditangani.
Melalui lagu berjudul ‘Aku Anak Sehat’ karya AT Mahmud, Eka mengajarkan bahwa terdapat prinsip-prinsip pemenuhan hak anak, yang pada akhirnya dapat menghindarkan anak dari risiko stunting.
Bait pertama dari lagu tersebut, menurut Eka menjadi panduan awal bagi setiap orang tua dalam memenuhi gizi dan kesehatan anak sedari bayi melalui ASI, dan perlindungan imunisasi.
“Berat badanku ditimbang selalu, posyandu menunggu setiap waktu …” lanjut Eka, merupakan ajakan untuk memantau tumbuh kembang anak sesuai dengan usia, di kelompok Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) terdekat di tempat tinggal masing-masing.
Posyandu sendiri menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat.
“Bila aku diare, ibu selalu waspada. Pertolongan Oralit selalu siap sedia. “Bait terakhir lagu tersebut, masih menurut Eka, mengingatkan untuk setiap keluarga agar mampu mengupayakan “hygiene” melalui sanitasi dan kebersihan jamban. Sanitasi dan jamban yang buruk merupakan faktor penyebab utama munculnya kasus-kasus diare yang memicu stunting pada anak. Hal tersebut menjadi tindakan preventif diare.
“Bila sudah terlanjur terjadi diare, berikan oralit sebagai pertolongan pertama atau bawa pasien ke pusat kesehatan terdekat,” kata Eka.
Lain hal kepala perwakilan, lain hal Nasri Yatiningsih, selaku Ketua Tim Hubungan Antar Lembaga, Advokasi KIE, dan Kehumasan BKKBN. Ia selalu mengajak masyarakat untuk terhindar dari Empat Terlalu. Yakni Terlalu Muda untuk menikah dan memiliki anak. Terlalu Dekat jarak kelahiran anak pertama dan kedua. Terlalu Banyak memiliki anak, dan Terlalu Tua untuk hamil dan melahirkan.
Begitupun dr. Ratih Dewantisari, ketika melakukan edukasi stunting ia mempromosikan Enam Kunci Pola Perilaku Perubahan. “Enam kunci mengubah pola perilaku terjadinya stunting. Kita sebut saja enam ini, A, B, C, D, E, F. Yang pertama adalah A, yaitu Atasi Anemia. Bapak ibu jangan sampai remaja putri, ibu hamil, mengalami anemia. HB minimal 12, dan salah satunya atasi dengan minum tablet tambah darah,” kata dr. Ratih.
Lebih lanjut ia memaparkan makna dari huruf selanjutnya. B berarti bumil (ibu hamil) rajin cek kesehatan minimal 6 kali, serta mengikuti senam hamil minimal 4 kali. C berarti Cukup Protein Hewani. D berarti Datangi Posyandu, untuk memantau perkembangan anak.
E adalah Edukasi, yakni edukasi mencuci tangan dengan air mengalir dan ASI eksklusif selama 6 bulan. Dan F yang berarti Faktor lingkungan, yaitu kondisi di sekitar keluarga tersebut, seperti sanitasi, jamban agar tidak dekat dengan sumber air minum. Termasuk orang tua jangan merokok dekat ibu hamil dan bayi.
Kelima srikandi stunting Jawa Tengah itu dengan metode masing-masing sepakat untuk memberantas stunting sampai ke akarnya. Bukan untuk kepentingan pribadi ataupun golongan, tapi untuk masa depan bangsa, menuju generasi emas Indonesia di tahun 2045. “Kami Percaya, Kami Optimis,” ujar Eka. n
Penulis: Dadang
Editor: Santjojo Rahardjo
Tanggal Rilis: 17 Januari 2024
Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Tentang BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.