SEMARANG, BKKBN — Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih mengungkapkan bahwa tenaga lini lapangan menjadi ujung tombak dalam melakukan advokasi dan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting di masyarakat. 

Maka dari itu, Perwakilan BKKBN Jawa Tengah bersikap dengan menguatkan kembali pemahaman para kader tentang bagaimana program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting. 

Melalui kegiatan Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting bagi Tenaga Lini Lapangan, Sabtu (09/12/2023), di Graha Saraswati, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,  sebanyak 500 kader tenaga lini lapangan dikumpulkan untuk merapatkan barisan, dan memantapkan komitmen akan pentingnya percepatan penurunan stunting. Sehingga target stunting  14 persen pada  2024 terwujud.

“Sebagai PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) dan Sub PPKBD serta TPK (Tim Pendamping Keluarga), bapak ibu ikhlas bekerja membantu dalam mendukung program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting. Tolong pendampingannya dijaga dan elsimil 100 persen,” kata Eka dalam sambutannya.

Eka tak henti hentinya mengajak untuk mencegah terjadinya “new stunting”, yakni dengan mengawal remaja dan calon pengantin. Dengan memastikan kesehatannya, yakni tidak mengalami anemia bagi remaja putri, lingkar lengan dalam minimal 23,5 cm serta memastikan calon pengantin cek kesehatan minimal tiga bulan sebelum pernikahan.

Begitu pula tentang “unmet need” KB, Eka memaparkan jika unmet need dibiarkan maka akan berbahaya. Ketika terjadi hamil maka yang terjadi adalah kehamilan tidak diinginkan. Kondisi ini menjadikan ibu hamil dalam keadaan stres dan memungkinkan melahirkan anak tidak sehat, bahkan stunting. 

Lebih jauh, kehamilan  tidak diinginkan memungkinkan terjadinya aborsi, yang mana hal itu berisiko pada kematian ibu.

“Kita tidak tahu unmet need siapa saja, yang paling paham adalah ibu ibu semua, maka dari itu bapak ibu adalah garda terdepan,” tegas Eka.

Dalam mensosialisaikan stunting dan Bangga Kencana, Eka juga menekankan pola komunikasi yang tidak menyakiti keluarga anak stunting. Ia berpesan, selain data yang dimiliki oleh para kader, komunikasi menjadi hal penting yang membuat suksesnya pesan tersampaikan. 

“Modal dari tugas bapak ibu selain data adalah komunikasi. Apa yang disampaikan harus jelas kepada keluarga risiko stunting. Dan dengan berbagai macam latar belakang, kita harus sesuaikan cara komunikasi dengan mereka,” kata Eka.

Kabupaten Wonogiri dipilih menjadi lokasi kegiatan penguatan bagi tenaga lini lapangan. Sederet prestasi rupanya telah didapat oleh tenaga lini lapangan Kabupaten Wonogiri. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Dinas  OPD KB Kabupaten Wonogiri, Suhartono, SE, MM.

“Pada tahun 2015 Kabupaten Wonogiri mendapat predikat tercepat pencatatan Pendataan Keluarga (PK), kemudian 2021 tercepat nomor tiga se-nasional. Unmet need di 6,6 menjadi terendah se Jawa Tengah. Sementara laju pertumbuhan penduduk 0,9 persen, Total Fertility Rate (TFR) 1,79 dan Age Specific Fertility Rate (ASFR) 17,5 per 1000 wanita.

Sementara prevalensi stunting di Wonogiri berdasarkan EPPGBM Oktober 2023 sebesar 10,5 persen  dari sebelumnya September 11,5 persen. Tingkat kelahiran 12,3 terendah se Jawa Tengah. “Itu semua  dampak program kerja kita yang nyata,” jelas Suhartono dengan penuh bangga.

Suhartono menceritakan jika di Wonogiri setiap minggunya PPKBD mengadakan pertemuan di balai penyuluh KB. Hal itu dilakukan guna mengoptimalkan kinerja dan menyatukan data, sehingga para kader tidak mengalami kesulitan ketika harus cek ke lapangan ataupun dalam pendataan keluarga.

Disamping prestasi itu, ia juga menyadari bahwa Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kabupaten Wonogiri masih menjadi PR untuk diselesaikan. 

“Ada beberapa yang mengira KB itu bayar, karena disuruh KB alasan tidak punya uang. Ini adalah kurang tersampainya informasi kepada masyarakat, karena BKKBN melalui kami menggratiskan dan memberikan uang transport dan memberi biaya bagi mereka,” ungkapnya.

Dengan MKJP yang masih harus dioptimalkan lantas tidak menjadikan Kabupaten Wonogiri melemah dan hilang arah. Lebih dari itu, Kabupaten Wonogiri menatap dengan penuh semangat dan siap melakukan optimasi – optimasi untuk menekan stunting sampai ke akarnya. 

Kepala Dinas OPDKB Kabupaten Wonogiri Mubarak, SKM, MM, menegaskan jika ingin sunting turun dan kualitas SDM menjadi lebih baik, maka harus dekati pabrik dari SDM tersebut, yang tak lain adalah calon pengantin (catin)

“Siapkan produknya, pabriknya, bukan bengkelnya. Silahkan lakukan pendampingan pada catin melalui Elsimil karena melalui aplikasi elsimil dapat mendeteksi risiko stunting dari calon pengantin,” kata Mubarak.

Penekanan dengan melakukan pencegahan menjadi prioritas dalam menghentikan terjadinya “new stunting”. 

Cegah Stunting

Senada dengan yang diungkapkan  Kepala OPDKB Kabupaten Wonogiri dan Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Nasri Yatiningsih selaku Ketua Pokja ADPIN Perwakilan BKKBN Jawa Tengah  memaparkan bagaimana pentingnya mencegah stunting sejak dari hulu, sampai ke hilir.

Sebagai narasumber pada kegiatan tersebut, Nasri mengungkapkan bahwa permasalahan stunting bukan soal asupan gizi yang tidak optimal saja. Namun ada pola pengasuhan yang salah sehingga stunting terjadi. 

“Banyak orang tua yang tidak sabar dan tidak telaten dalam mengasuh anaknya sehingga pola asuh tidak pas dan sesuai. Ini dapat menyebabkan risiko stunting pada anak. Jadi, stunting tidak hanya menyerang keluarga tidak mampu saja, tapi juga banyak dari keluarga yang berkecukupan dikarenakan pola asuhnya,” kata Nasri.

Pola asuh yang salah mengakibatkan stunting. Maka dari itu 4T (4 Terlalu) harus bisa disosialisasikan dengan baik di masyarakat. Yakni tidak terlalu muda untuk menikah dengan minimal usia 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. 

Selain itu, tidak terlalu dekat jarak kehamilan antara anak pertama dengan kedua. Tidak terlalu banyak memiliki anak. Dan tidak terlalu tua untuk melahirkan anak, yakni maksimal 35 tahun bagi perempuan.

Lebih lanjut Ketua Pokja ADPIN ini mengingatkan bahwa tugas mengurus anak dan keluarga bukan tanggung jawab istri saja, namun juga suami. Yakni dengan memberikan kasih sayang secara optimal kepada istrinya selama hamil dan menyusui. 

Juga tidak merokok dekat ibu hamil dan menyusui, serta jauh sebelum itu untuk 3 bulan sebelum menikah bagi laki – laki yang akan menikah untuk berhenti merokok agar kualitas sperma dalam kondisi baik. n

Penulis: Dadang

Editor: Santjojo Rahardjo

Tanggal Rilis : Selasa, 12 Desember 2023

Media Center BKKBN

mediacenter@bkkbn.go.id

0812-3888-8840

Jl. Permata nomor 1 

Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia 

(SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

 

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.