SEMARANG, BKKBN— Sekitar 500-an kader dan Penyuluh Keluarga Berencana (KB) serta anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK) se-Kabupaten Banjarnegara antusias mengikuti Roadshow Sosialisasi dan KIE program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting dalam rangka Peringatan Hari Ibu tahun 2023 yang digelar di Golden Ball Room Surya Yudha Park, Kabupaten Banjarnegara, Kamis (09/11/2023).

Dalam sosialisasi yang dihadiri langsung Deputi Advokasi, Penggerakan, dan   Informasi (Adpin) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd, itu mereka menyatakan tekad menurunkan prevalensi stunting di Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 angka prevalensi stunting di Banjarnegara sebesar 22,2 persen. Angka prevalensi stunting ini turun dari tahun 2021 yang sebesar 23,3 persen. 

Selain angka stunting yang masih di atas angka nasional, Kabupaten Banjarnegara juga memiliki angka kemiskinan yang tinggi di Jawa Tengah.

Dalam arahan pembuka, Deputi Adpin BKKBN Sukaryo Teguh Santoso mengatakan pola perilaku masyarakat sangat menentukan lahirnya bayi stunting di suatu daerah. 

Menurut Teguh, pola asuh anak, asupan gizi yang seimbang, pernikahan dini, unmet need, sanitasi yang buruk, sampai kemiskinan ekstrim, menjadi faktor yang memberikan dampak pada lahirnya bayi stunting. 

“Maka dari itu, perubahan pola perilaku masyarakat menuju arah yang lebih baik harus terus digencarkan,” kata Teguh.

Hadir dalam sosialisasi itu Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih didampingi Ketua Tim Adpin BKKBN Jateng Nasriyati Ningsih. Hadir juga Tim KIE BKKBN pusat Ratna Juwita dan Antonius Wijaya.

“Dua anak sudah menjadi budaya masyarakat Jawa Tengah. Semua ini atas peran bapak ibu hebat semuanya. Tantangan ke depan, agar penduduk yang banyak ini hebat, kuat, unggul,” lanjut Teguh.

Sementara itu dua narasumber lain yang hadir pada pertemuan itu semua sepakat untuk bersama-sama melakukan intervensi stunting sampai ke akarnya.

Kepala Dinas DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah Dra. Retno Sudewi, APT, M.Si., MM, memaparkan bagaimana kondisi Jawa Tengah saat ini. 

Dengan angka prevalensi stunting (SSGI) 20,8 persen, maka untuk mencapai 14 persen di tahun 2024 Jawa Tengah masih memiliki pekerjaan besar untuk dihadapi.

“Pola asuh ini yang jadi penyebab terbesar stunting di Jawa Tengah,” kata Retno, kepada seluruh peserta yang hadir. 

Ia mencontohkan dengan masih adanya orang tua yang sudah memberikan MPASI (Makanan Pendamping ASI) sebelum usia bayi enam bulan. 

Menurutnya, pola asuh seperti itu harus diperbaiki, dengan tetap optimalkan ASI eksklusif di enam bulan pertama.

Peran TPK, Kader KB di garis terdepan yang lebih sering berinteraksi langsung dengan masyarakat diharapkan mampu memberikan dampak lebih pada terjadinya perubahan perilaku di masyarakat. Maka dari itu, adanya kegiatan promosi dan edukasi yang dilakukan oleh BKKBN bersama mitra, menjadi momen baik untuk berkumpul dan berkoordinasi kembali dalam melakukan langkah efektiv intervensi stunting.

 

 

 

“Tanggung jawab mendeteksi stunting ada pada kita semua. Saya percaya di Banjarnegara, kita semua bisa. Saya yakin kalau kita  berkolaborasi, kader KB, PKK, tenaga kesehatan, pasti bisa,” ungkapnya memotivasi dan meyakinkan.

“Di Jateng ada program Gardu Perak, Gerakan Pria Peduli Perempuan dan Anak. Jadi ini biar bapak-bapak bisa ngasuh anak, makanannya, gizinya,” ungkap Retno Sudewi.

Kabupaten Banjarnegara menjadi lokasi pertemuan ini bukan sekedar acak pilih lokasi, namun berdasar data dan kondisi yang tersedia di Kabupaten tersebut. 

Survei SSGI 2022 mengungkapkan angka prevalensi stunting di Banjarnegara berada di angka 22,2 persen. Turun dari tahun sebelumnya di angka 23,3 persen. Namun disamping 

itu, Banjarnegara menjadi salahsatu Kabupaten dengan kemiskinan tinggi di Jawa Tengah.

Sederet strategi dilakukan pemerintah Kabupaten Banjarnegara, diantaranya dengan menetapkan Desa Lokus Kemiskinan di 14 titik Kecamatan, dengan total 44 Desa pada tahun 2023. 

Begitupun dengan dilakukannya pemetaan terhadap 8 layanan kemiskinan ekstrim. Hasilnya, terjadi penurunan 0,3 persen, dari sebelumnya 15,20 persen menjadi 14,90 persen.

Melihat kondisi tersebut maka sudah sepatutnya dukungan dan Kerjasama lintas sektor dilakukan. Kemiskinan ekstrim sangat beririsan pada terjadinya stunting, dan perlu langkah nyata, sehingga semua itu bisa terintervensi dan mengarah kepada yang lebih baik.

“Apa yang telah kami lakukan dalam pencegahan terjadinya stunting adalah dengan adanya pendampingan remaja, catin, bumil, busui, balita, pemberian makanan tambahan, air bersih, ada juga bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin,” ungkap Bupati Banjarnegara yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Banjarnegara, Drs. Indarto M.Si.

Dalam sambutan tersebut ia memaparkan bahwa banyak potensi yang tersedia di Banjarnegara, baik itu sumber daya alam, wisata, pertanian kopi dan sayur mayur, samua tersedia di Kota Dawet Ayu ini. 

Namun demikian, tantangan pembangunan bangsa dengan adanya stunting, menjadi masalah serius yang harus di hadapi, termasuk di Banjarnegara.

Maka intervensi stunting melalui perubahan pola prilaku harus tepat sasaran, dan harus terfokus pada skala prioritas. Remaja, Calon Pengantin, Ibu Hamil, Keluarga Baduta dan Balita, serta Ibu Menyusui, harus benar-benar terdata, sehingga pengawalan dan intervensi bisa dilakukan dengan lebih efisien.

Kepala Dispermades PPKB Kabupaten Banjarnegara, Hendro cahyono, SE, M.Si pada pemaparannya tentang strategi percepatan penurunan stunting di Banjarnegara juga menekankan perubahan perilaku sebagai metode dalam percepatan penurunan stunting.

“Mengubah perilaku negatif menjadi positif, mempertahankan dan mengembangkan perilaku positif sehingga bermanfaat bagi dirinya dan menjadi contoh bagi orang lain, sampai akhirnya perilaku positif tersebut menjadi sebuah kebiasaan, konsisten, dan terus menerus dilakukan,” jelas Hendro. 

Seperti halnya program “Dua Anak Lebih Baik” yang digencarkan oleh BKKBN sebelumnya, berhasil memberikan perubahan perilaku di masyarakat, yang mulanya cenderung berfikir “banyak anak banyak rezeki”, menjadi lebih bijak dalam memiliki anak. 

Dan hal itu kini tumbuh menjadi pola perilaku hidup masyarakat Indonesia. Terbukti dengan TFR Indonesia saat ini di angka 2,19 persen, yang mana ini merupakan ideal.

Lebih lanjut, edukasi pencegahan dan penangaanan stunting dipaparkan ulang oleh ketiga narasumber kepada seluruh peserta yang hadir. Termasuk dalam hal ini, mendongkrak kaum pria untuk turut ambil peran dalam melakukan pencegahan stunting. 

Menjadi masyarakat yang unggul, dimulai dengan Indonesia bebas stunting. Karena bonus demografi pada tahun 2045 sangat ditentukan dari kondisi anak-anak saat ini. Kualitas anak-anak yang stunting, menjadikan daya saing rendah, begitupun daya tahan tubuh dan postur yang tidak lebih baik daripada umumnya. Jika hal tersebut tidak dapat dihentikan, 

maka bonus demografi hanya akan terlewat begitu saja, dan menjadi sia-sia. 

Penulis; Dadang

Editor: Kristianto

Tanggal Rilis: Jumat, 10 November 2023

Media Center BKKBN

mediacenter@bkkbn.go.id

0812-3888-8840

Jl. Permata nomor 1

Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.