SIARAN PERS BKKBN
Nomor: 1253/M.C/X/2023

Bina Keluarga Balita Fokus Percepat Turunkan Stunting di Periode Emas

JAKARTA, BKKBN—Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut bahwa usia dini merupakan suatu periode emas atau golden age sekaligus masa kritis yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak pada masa dewasa.

“Kebutuhan tumbuh kembang anak yang mencakup stimulasi gizi dan kesehatan pengasuhan, perlindungan dan perawatan wajib dipenuhi oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah dengan berbagi tanggung jawab tentunya,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Nopian Andusti, SE, M.T.

Hal tersebut disampaikan Nopian saat membuka acara Penyusunan Senarai Praktik Baik Bina Keluarga Balita (BKB) HI (Holistik Integratif) Unggulan secara virtual pada Senin, (23/10/2023).

“Adapun senarai ini bisa diartikan sebagai bunga rampai dari kumpulan narasi praktik baik yang dilakukan oleh jajaran pemerintah daerah, pemerintah desa, dan masyarakat dalam mengoptimalkan layanan BKB pada BKB HI Unggulan,” ujar Nopian.

Pemenuhan kebutuhan ini dilakukan secara simultan, sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan agar terjadi optimalisasi dalam proses tumbuh kembang anak.

Pentingnya optimalisasi tumbuh kembang anak akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas SDM yang merupakan pilar utama pembangunan yang akan menentukan kemajuan bangsa, sehingga pada periode emas diperlukan peran dan keterlibatan orang tua secara aktif untuk memberikan pengasuhan dan stimulasi yang tepat selama masa periode tersebut.

Peran dan keterlibatan orang tua akan memberikan pemahaman tentang pentingnya periode emas melalui pemberitahuan, pengetahuan, dan keterampilan dalam pengasuhan yang menjadi faktor penentu dalam mendorong optimalisasi pertumbuh kembangan anak.

Dalam intervensi di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) masih banyak kendala yang dijumpai, secara garis besar. Kendala ini menyulitkan upaya percepatan penurunan stunting, karena perilaku pengasuhan di 1000 HPK khususnya bayi dibawah usia 2 tahun yg belum sesuai harapan.

“Saya ingin mengumpamakan sedikit bahwa 1000 HPK ini yang merupakan suatu fase kehidupan emas yang akan menentukan bagaimana perkembangan dan bagaimana nasib seorang anak. Saya ingin mengumpamakan dengan pondasi suatu bangunan, semegah apapun bangunan, sekokoh apapun bangunan, sebagus apapun bangunan, jika pondasinya tidak kuat maka bangunan tersebut pastinya tidak akan kokoh dan tidak akan normal. Maka 1000 HPK kemudian ini juga adalah suatu pondasi yang akan menentukan apakah anak tersebut akan tumbuh normal atau tidak setelah 1000 HPK,” ujar Nopian.

Menurut Nopian, dalam mempercepat penurunan stunting di 1000 HPK telah dikembangkan program pengasuhan di 1000 HPK melalui kegiatan kelompok BKB dan BKB HI. Kelompok kegiatan BKB adalah layanan penyuluhan bagi orangtua dan anggota keluarga yang lainnya dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi baik fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan moral.

Sementara itu BKB HI adalah layanan penyuluhan bagi orang tua tentang
pengasuhan dan pembinaan tentang tumbuh kembang anak yang dilakukan secara simultan, sistematis, menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan dengan program pengembangan anak usia dini dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar anak.

“Untuk meningkatkan kelompok BKB ini maka tentu saja perlu dirancang suatu strategi untuk pengembangan kelompok BKB dengan membentuk BKB HI unggulan. Tentunya BKB HI unggulan adalah pusat penciptaan penyajian pengembangan dan pembinaan program BKB yang unggul, terbaik dan terdepan tentunya bagi kelompok BKB lain sekaligus menjadi kelompok BKB ini sebagai percontohan BKB yang telah ada sebelumnya,” ujar dia.

Peran dan keterlibatan orang tua dalam pengasuhan 1000 HPK sangat-sangatlah
penting untuk dilaksanakan melalui pemberian layanan pemenuhan kebutuhan
esensial anak usia 0-23 bulan.

Melalui BKB HI Unggulan, orang tua akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari pada kader BKB terlatih agar mampu menerapkan kelas pengasuhan yang berkesinambungan.

BKB HI merupakan wujud nyata implementasi penyelenggaran kelas pengasuhan orang tua yang dapat mendukung program percepatan penurunan stunting melalui program penyediaan data seperti ibu hamil, keluarga yang memiliki anak usia 0-23 bulan yang terintegrasi antara pihak terkait seperti desa/kelurahan.

Contoh praktik baik dalam optimalisasi layanan BKB HI Unggulan diperlukan untuk
dijadikan pembelajaran bagi daerah lain dalam mengembangkan layanan BKB dalam upaya pemenuhan hak dasar anak.

Pada kesempatan yang sama hadir juga Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN dr. Irma Ardiana, MAPS yang menyampaikan laporannya yang harapannya pihaknya dan seluruh unsur yang ada akan terus menggaungkan gerakan ayo ikut ke BKB dan Posyandu.

“Kami menyampaikan bahwa gerakan ayo ikut ke BKB dan posyandu ini sudah kita lakukan antara bulan Juli-Agustus, dan kita kemaren sudah mengevaluasi apakah diantara kedua bulan tersebut kita bisa menjangkau setidaknya 1 juta yg memiliki anak itu hadir pada pertemuan BKB dan anak-anak kita diukur perkembangannya dengan kartu kembang anak,” tambah Irma.

“Target kita di 2023 setidaknya ada 1 BKB HI unggulan ini per masing-masing kabupaten dan kota yang ada di 12 provinsi prioritas, dan sementara data yang sudah kami kumpulkan dari per 22 Oktober 2023 adalah sudah menjangkau 81 BKB HI unggulan atau sekitar 32,9%,” ujar Irma.

“Harapannya memang kita ingin sekali bahwa ada BKB HI ini di seluruh kab/kota prioritas dan jumlahnya sekitar 246, jadi kita masih terus berpacu dan kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi luar biasa kepada Bapak/Ibu yang sudah membuat BKB HI unggulannya di masing masing kabupaten kota khususnya 12 provinsi prioritas untuk percepatan penurunan stunting.

Provinsi tersebut ada di Jateng, Sulteng, Jabar, NTB, Kalsel, Aceh, Sumut, Sumbar, NTT, Banten,
Kalbar, dan Jatim,” ujar Irma.

Kemudian Irma juga menyampaikan Apresiasinya kepada Jawa Tengah yang sudah mencapai 26 BKB HI Unggulan, kemudian Sulteng, Jabar, NTB bahkan sudah mencapai 100% di 10 Kabipaten kotanya.

“Jadi di 12 provinsi prioritas, kita ada 3,5 juta baduta dan ada 3,5 juta keluarga yg memiliki baduta, dari data-data ini kita bisa melihat ternyata BKB HI unggulan ini punya tantangan yang cukup besar, yang pertama adalah hanya 45% baduta ini yang memiliki jaminan kesehatan, kemudian 77% baduta sudah memiliki akte lahir. Kemudian hanya 1,34% keluarga yang kemudian anak anaknya ini diukur perkembangannya dengan kartu kembang anak,” jelas dia. n

Penulis : Tri Wulandari Henny Astuti
Editor: Kristianto

Tanggal Rilis: Senin, 23 Oktober 2023

Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.