BKKBN — Bekerja dengan komitmen tinggi, passion, dan penuh dedikasi dapat membuat pengalaman kerja pegawai melampaui masa kerjanya. Demikian pesan Drs. Witono M.Kes. yang memasuki purna tugas (pensiun) pada usia 65 tahun dengan pangkat IV e, yang merupakan pangkat mentok (pangkat tertinggi) yang bisa dicapai seorang PNS.
Dari seluruhnya 16.198 pegawai BKKBN hanya terdapat delapan orang PNS berpangkat puncak IVe, enam orang di pusat dan dua orang di provinsi.
“Saya baru bekerja setengah tahun, oleh pimpinan di Kanwil DI Yogyakarta saya ditugaskan mengikuti diklat bertajuk Pelaporan Diklat Pola Baru, padahal terdapat sejumlah pegawai lain yang pangkat dan masa kerjanya lebih tinggi.” Demikian Witono menceriterakan masa awal bekerja sebagai Pelatih (jenjang jabatan pengajar kediklatan, yang kemudian menjadi jabatan fungsional Widya Iswara).
Ditambahkan oleh Pakde Witono, demikian panggilan akrab dari teman-teman di BKKBN DIY, “yang penting kita bekerja dengan sebaik-baiknya untuk menghasilkan output kerja yang maksimal, maka kita akan dipandang lebih punya pengalaman dibanding yang bekerja biasa-biasa saja, dan pimpinan pasti memperhatikan dan mempertimbangkan hal tersebut dalam memberikan tugas dan melaksanakan pembinaan karir.”
Witono berasal dari keluarga sederhana pasangan Yoto Tinoyo dan Sumini. Keduanya bahkan tidak tamat pendidikan dasar. Lahir tahun 1958, nama Witono diberikan agar bisa bertahan hidup. Kecuali satu orang kakak, beberapa anak yang lahir sebelum Witono selalu meninggal saat masih bayi. Maka, kedua orang tuanya sangat berharap anak ini dapat terus hidup, sehingga memberikan nama Witono. Dan benar, pasangan Yoto Tinoyo dan Sumini berhasil membesarkan dua anaknya ini sampai dewasa.
Witono beruntung dapat menempuh pendidikan sampai lulus SMA di Boyolali tempat kedua orang tuanya tinggal. Gelar sarjana diperoleh setelah menempuh pendidikian di Institut Keguruan dan Ilmu Kependidikan (IKIP, sekarang Universitas Negeri Yogyakarta, jurusan Geografi/Kependudukan). Sedang jenjang S2 ditempuh Witono dengan beasiwa tugas belajar di Fakultas Kedokteran UGM hingga memperoleh gelar Magister Kesehatan tahun 1995.
Menikah dengan Dra. Sri Sulistyaningtyas, keluarga Witono dikaruniai dua orang anak lelaki yang sudah berkeluarga semua dan masing-masing memberikan satu cucu. Istri Witono bekerja sebagai guru salah satu sekolah swasta dan pernah menjabat sebagai ketua Ikatan Guru dan Pegawai Sekolah Swasta. Berkat jejaring luas yang dimilikinya, Sri Sulistyaningtyas kemudian terpilih sebagai anggota DPRD Bantul.
Sering mengajarkan mengenai pengasuhan anak pada berbagai penyelenggaraan diklat, Witono punya cerita unik ketika harus mengajarkan kesehatan reproduksi bagi kedua anaknya remaja laki-laki. Pakde sempat merasa kesulitan ketika harus mengajarkan kesehatan reproduksi kepada kedua anaknya.
“Akhirnya saya taruh beberapa buku tentang Kespro di ruang keluarga dengan harapan nantinya akan dibaca oleh mereka.” Namun sampai beberapa hari buku itu tidak disentuh. Sampai pada suatu hari Witono menjumpai tumpukan buku itu terlihat tidak tersusun rapi lagi, artinya sudah dibuka-buka oleh anaknya. Selanjutnya Witono menanyakan kepada anak-anaknya apa saja yang sudah mereka baca, dan diskusi pun mengalir dengan lancar.
Keseharian Witono sangat bersahaja. Selalu naik motor dari rumahnya di daerah pedesaan di Bantul ke kantor yang berjarak lebih dari 20 Km. Oleh teman-temannya di BKKBN DIY, Pakde Witono dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan suka membantu kesulitan teman-temannya.
Pakde mengaku satu tahun pertama bekerja di BKKBN dirinya tidak pernah sekalipun datang terlambat maupun ijin tidak masuk kerja.
Saat mengajar ataupun saat memberikan pendapat pada rapat-rapat, Witono dikenal suka bicara panjang dan lama, namun anehnya yang mendengar tidak merasa bosan karena yang disampaikannya sungguh berisi dan menarik. Ini menjadi ciri khasnya.
Demikian juga ketika dalam Apel Senin pagi terakhir sebelum resmi pensiun, Witono diberikan kesempatan untuk menjadi pembina apel. Dalam amanat apel, Pakde Witono menyampaikan pesan bagi teman-temannya di Perwakilan BKKBN DIY untuk bekerja dengan pedoman 11S.
3 S yang pertama adalah Senyum, Salam, dan Sapa kepada siapapun yang ditemui di kantor. Hal ini sangat penting untuk menjaga kelancaran dalam komunikasi di tempat kerja. Sedangkan 3 S yang kedua adalah Selaras, Serasi, Seimbang dalam orientasi kerja yang mengajak untuk selalu menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan antara norma, aturan dengan kreativitas, inovasi dan motivasi kerja baik kepada sesama teman kerja, pimpinan, maupun kepada bawahan.
4 S berikutnya adalah Santai, Serius, Selesai, dan Sukses. Bekerja akan terasa nyaman bila dilakukan dengan berpikir santai tanpa beban yang berlebihan. Namun dalam bekerja harus profesional dan sungguh-sungguh (serius) sampai pekerjaan benar-benar paripurna. Sukur-sukur hasilnya melebihi dari yang diharapkan (sukses).
S yang terakhir lebih dipesankan Witono kepada pimpinan yaitu Sejuk. Pimpinan, baik pimpinan puncak maupun menengah, wajib menciptakan suasana atau iklim kerja yang sejuk. Jika ini dilakukan dan pimpinan tidak bergaya bossy atau otoriter tetapi demokratis dan mau mendengar masukan, maka pegawai akan bekerja dengan senang, jujur, dan ikhlas. Tidak akan memberikan laporan asal bapak/ibu senang saja.
Pesan terakhir Pakde kepada rekan-rekannya yang pasti juga akan purna tugas, hendaklah pensiun dipersiapkan dan dinikmati dengan senang hati. Witono masih akan mengajar pada sejumlah perguruan tinggi sesuai passionnya. Juga bersama beberapa teman sepakat membentuk lembaga bernama Adil Makmur Sehat Sejahtera (AMARTA) yang akan bergerak di bidang pendidikan, konsultasi, dan motivasi.
Diharapkan, lembaga ini dapat menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait yang bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kependudukan.
Menutup amanat apel, Witono menyerahkan buku yang disusunnya kepada Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamariani. Buku yang diberi kata pengantar oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo ini merupakan kumpulan karya tulis ilmiah terkait kependudukan, keluarga berenana dan pembangunan keluarga.
Disusun bersama rekannya Suparno Purwodiwiyono, buku tersebut berjudul Bunga Rampai Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga. n
Penulis: FX Danarto SY
Editor: Santjojo Rahardjo
Tanggal Rilis : Minggu, 03/09/2023
Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Tentang BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.