Ketika Tak Sekolah, Anak Kurang Pahami Kesehatan Reproduksi

 

BKKBN — Remaja, sebagai salah satu aset berharga bangsa, dikenal sebagai kelompok yang rentan dalam hal kesehatan reproduksi. Di era digital yang berkembang pesat saat ini, informasi dan edukasi mengenai kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting untuk membekali mereka dalam menghadapi berbagai risiko kesehatan.

Dalam menghadapi tantangan besar yang dihadapi remaja, pendidikan dianggap sebagai fondasi utama untuk menciptakan masa depan yang cerah bagi generasi muda. Namun, Sulawesi Barat masih menghadapi masalah serius dengan tingginya jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di wilayah ini.  Kelompok remaja ini seringkali memiliki pemahaman yang kurang tentang kesehatan reproduksi mereka.

Menurut data Pendataan Keluarga (PK) 21, sekitar 28.828 anak usia 13-18 tahun atau sekitar 21,86 persen anak tidak bersekolah di provinsi Sulawesi Barat. Putus sekolah memiliki dampak serius pada perkembangan ekonomi dan sosial di wilayah ini, mengingat pendidikan adalah kunci untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi remaja.

Salah satu isu krusial yang harus diatasi adalah kesehatan reproduksi remaja, terutama bagi mereka yang telah terputus dari sistem pendidikan formal. Masa remaja adalah periode yang sangat rentan dan membutuhkan perhatian khusus terkait dengan pendidikan seksual yang sehat dan aman.

Pola pikir masyarakat yang masih meremehkan pentingnya pendidikan menjadi salah satu alasan utama ATS. Ini menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan hak pendidikan formal yang mereka butuhkan. Faktor ekonomi juga memainkan peran penting dalam masalah ini, karena keluarga yang kurang mampu sering kali tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka.

Kurangnya dukungan anggaran dari pemerintah menjadi salah satu batu sandungan lainnya dalam mengatasi putus sekolah. Sekolah yang kekurangan fasilitas, guru yang kurang terlatih, dan kurangnya sumber daya pendidikan lainnya membuat pendidikan menjadi tidak menarik dan kurang memadai.

Namun, tingginya angka ATS bukan hanya masalah pendidikan semata. Ini juga berdampak pada aspek lain dalam kehidupan masyarakat di Sulawesi Barat, seperti meningkatnya pernikahan usia anak. Ketika anak-anak terpaksa meninggalkan sekolah, mereka cenderung lebih rentan terlibat dalam pernikahan pada usia yang sangat muda, yang dapat menghambat perkembangan fisik dan emosional mereka.

Meskipun tren pernikahan anak di Sulawesi Barat menunjukkan penurunan pada 2022 sebesar 11,7 persen, tetapi angka ini masih di atas target nasional 8,74 persen  yang ditetapkan untuk tahun 2024.

Masalah ATS juga berperan dalam meningkatnya kemiskinan ekstrem. Mereka memiliki kesempatan kerja yang terbatas, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi keluarga dan berkontribusi pada kemiskinan ekstrem di Sulawesi Barat.

Sebagai respons terhadap kelompok risiko tinggi ini, Perwakilan BKKBN Sulawesi Barat telah berkolaborasi dengan Forum GenRe Sulawesi Barat dalam melakukan kegiatan pembinaan kesehatan reproduksi bagi remaja kelompok risiko tinggi. Kegiatan ini, yang berlangsung senin (9/4/2023) di Desa Botteng, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, dihadiri 30 peserta remaja putus sekolah usia 13-20 tahun.

Inisiatif ini dianggap langkah penting dalam memperkuat pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan dampak pernikahan dini. Sebagai bagian dari Program Generasi Berencana (GenRe), kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang pentingnya pendidikan, mendorong mereka untuk berkarya, dan menghindari pernikahan dini.

Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Sulbar yang hadir dalam kegiatan ini menyatakan keyakinannya bahwa pembinaan semacam ini akan membantu remaja menjadi generasi yang tangguh, sehat, dan cerdas. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan mereka yang diharapkan akan memberikan dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan remaja.

“Diperlukan upaya untuk meningkatkan pendidikan dengan menyediakan kesempatan bagi remaja, banyak sekolah menawarkan program kejar paket pendidikan yang memungkinkan remaja putus sekolah untuk terus belajar,” tambahnya.

Salah satu pesan kunci dari kegiatan ini adalah “Kalau masih bisa berkarya, bantu orang tua, jangan menikah dulu.” Dengan cara ini, remaja diharapkan dapat mengutamakan pendidikan mereka dan tidak tergesa-gesa memasuki pernikahan. 

Pesan ini mencerminkan pentingnya meningkatkan tingkat literasi dan kualitas pendidikan di kalangan remaja putus sekolah. n 

 

Penulis: Padly Hadis Said

Editor: Santjojo Rahardjo

Tanggal Rilis : Rabu, 06/09/2023

 

Media Center BKKBN

mediacenter@bkkbn.go.id

0812-3888-8840

Jl. Permata nomor 1

Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

 

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.