JAKARTA, BKKBN — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Yayasan Kinarya Anak Bangsa mengembangkan kerja sama dalam upaya keduanya menyelamatkan bumi dan manusia.
Kerja sama itu diwujudkan pada Rabu (30/9/23) siang melalui penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) oleh kedua pihak, yang berlangsung melalui zoom.
Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama itu sebagai langkah awal kerjasama BKKBN dengan Yayasan Kinarya Anak Bangsa untuk menyelamatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang merupakan investasi masa depan Indonesia Maju.
“Saya kira penting untuk kita bersama-sama dengan yayasan Kinarya Anak Bangsa yang sudah sangat berpengalaman dan juga banyak kegiatan-kegiatan yang sifatnya investasi masa depan, menyelamatkan sumber daya alam dan juga sumber daya manusia,” ujar dr. Hasto.
Dr. Hasto berpesan agar bersama-sama Kinarya Anak Bangsa, jajaran BKKBN menjaga keluarga agar menjadi keluarga yang mempunyai ketahanan baik dan berkualitas.
Menurut dr. Hasto, kualitas keluarga didukung oleh kualitas anggota keluarga, di antaranya juga anak yang tidak stunting. “Kualitas SDM menjadi fokus perhatian yang penting untuk menyambut bonus demografi dan juga menyambut era Indonesia Emas 2045,” ujar dr. Hasto.
Presiden, kata dr. Hasto, selalu menyampaikan bahwa kesempatan untuk memanfaatkan bonus demografi tidak terjadi dua kali. “Secara teoritis memang kita ada kesempatan bonus kedua. Tetapi bonus kedua apabila penduduk lansia kita berkualitas, berpendidikan tinggi dan berkemampuan ekonomi, punya modal investasi yang besar,” papar dr. Hasto.
Tetapi, lanjut dr. Hasto, Indonesia masih jauh dari itu. Satu-satunya bonus demografi yang bisa diterima adalah bonus demografi pertama, yaitu ketika penduduk kita banyak yang usia produktif sementara yang usia balita menurun dan kemudian yang usia lansia belum terlalu banyak.
Kondisi inilah yang membuat kesempatan emas bagi anak bangsa untuk bisa menaikkan pendapatan per kapita setinggi-tingginya. Karena jumlah yang mencari uang lebih banyak dibandingkan yang membutuhkan uang. Atau jumlah yang produktif yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan yang ditanggung yang tidak produktif,” kata dr. Hasto.
Menurur dr. Hasto, meningkatkan kualitas SDM dimulai dari masa remaja dan anak balita
Mereka berada pada periode-periode emas, mulai dari dalam kandungan hingga 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Kata dr. Hasto, stunting menjadi salah satu indikator terkuat untuk menentukan kualitas SDM. Bila indikator Human Capital Index negara Indonesia yang sangat dekat dengan mutu fisik dari manusia ini bagus, maka tentu akan produktif.
Dokter Hasto mengatakan bahwa hari ini Human Capital Index Indonesia di Asia Tenggara masih di urutan nomor 6 di bawah Vietnam dan Filipina.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Kinarya Anak Bangsa Rosita Yuwanasari SH.,M.KN mengungkapkan bahwa pada dasarnya program lima pilar Kinarya Anak Bangsa memiliki prinsip memanen dari bumi dengan merawat bumi melalui program utama dan program pendamping.
Kinarya Anak Bangsa pada rentang waktu tahun 2020 hingga tahun 2030 menginisiasi lima pilar program utama. Pertama, program pembekalan calon pasangan menikah untuk penguatan ketahanan keluarga, dengan cara mensosialisasikan hukum keluarga untuk dapat mencapai inklusi hukum bagi warga negara Indonesia. Sehingga hukum keluarga dapat dikenal secara luas dan dapat dipraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari.
“Yang saat ini kami mohonkan kepada bapak ibu sekalian di BKKBN adalah menjadikan program BKKBN dan Kinarya Anak Bangsa sebagai program untuk memperkuat ketahanan keluarga,” ujarnya.
Kedua, program penanaman mata air melalui penanaman dan pemeliharaan pohon. Serta monitoring dan evaluasi yang tahun 2023 ini telah mendapatkan pengakuan dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York, di Head Quarter PBB, sebagai salah satu inisiasi Sustainable Development Goals atau inisiatif pembangunan berkelanjutan.
Ketiga, program pemberdayaan perempuan dan peningkatan kapasitas wirausaha serta ekonomi keluarga. Keempat, program penanganan hasil bumi untuk penguatan ketahanan pangan keluarga. Kelima, program pengelolaan serta pengolahan sampah serta ekonomi sirkular.
Ia pun berharap dengan program yang akan dilakukan bersama BKKBN ini, angka perpisahan atau perpecahan keluarga dapat diturunkan. Dengan cara memberikan pembekalan pasangan yang mau menikah, literasi-literasi hukum ataupun literasi bekal lainnya kepada pasangan yang akan menikah.
Lingkup kesepahaman bersama antara BKKBN dengan Yayasan Kinarya Anak Bangsa adalah advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi serta sosialisasi program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan penguatan ketahanan keluarga serta percepatan penurunan stunting.
Termasuk juga peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya program Bangga Kencana serta penguatan ketahanan keluarga dalam percepatan penurunan stunting, pelayanan masyarakat yang berkaitan dengan program Bangga Kencana serta penguatan ketahanan keluarga dalam percepatan penurunan stunting.
Juga pemanfaatan data dan informasi program Bangga Kencana serta penguatan ketahanan keluarga dalam percepatan penurunan stunting, dan gerakan Bapak Asuh, Bunda Asuh dan Kakak Asuh Anak Stunting. n
Penulis: Rizky Fauzia
Editor: Santjojo Rahardjo
Tanggal Rilis: Rabu, 30 Agustus 2023
Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Tentang BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.