Yogyakarta, BKKBN – Untuk memastikan jumlah anak stunting tidak makin bertambah, Kepala Perwakilan BKKBN DI Yogyakarta Andi Ritamariani mengharapkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang telah terbentuk di setiap kalurahan untuk selalu memantau kelompok sasaran risiko stunting, dimulai dengan memantau kondisi ibu hamil di wilayah kerjanya.
Hal itu disampaikan Ritamariani di depan 25 orang anggota TPK dan para pengelola program Bangga Kencana di Kabupaten Kulon Progo, pada pertemuan Intensifikasi Pendampingan Ibu Hamil dan Ibu Pasca Persalinan sebagai salah satu upaya dalam percepatan penurunan stunting, Kamis (10/8/2023). Apalagi sebagaimana dilaporkan, jumlah ibu hamil di Kulon Progo tahun ini diperkirakan sekitar 5.257 orang.
“Tujuan (pertemuan ini) adalah untuk meningkatkan akses informasi, peningkatan kualitas pendampingan dan pelayanan terhadap keluarga berisiko stunting dengan sasaran prioritas calon pengantin, ibu hamil, ibu pascapersalinan, dan balita usia 0-59 bulan,” ungkap Ritamariani lebih lanjut.
Ritamarini kembali mengingatkan tujuan pendampingan yang dilakukan oleh TPK terhadap ibu hamil dan ibu pasca persalinan. Mulai dari memastikan ibu hamil untuk minum tablet tambah darah hingga pemberian ASI Eksklusif, imunisasi dasar lengkap, penggunaan kartu kembang anak, dan mendorong penggunaan KB pasca persalinan.
TPK adalah kelompok yang terdiri dari unsur bidan, kader PKK dan kader KB. Tugasnya melaksanakan pendampingan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, pelaksanaan pendampingan. Termasuk fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitas bantuan sosial, serta pencatatan dan pelaporan. Tugas itu dilakukan sebagai upaya deteksi dini adanya faktor risiko stunting.
Memperkuat hal tersebut, sebagaimana disampaikan Dwi Ekowati dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, bahwa proyeksi 2023 untuk ibu hamil di Kulon Progo sejumlah 5.257, bayi sebanyak 5.101, dan balita sejumlah 21.218 serta ibu pasca persalinan sebesar 5.101.
Sementara data sampai Juli 2023 saja dari ibu hamil yang diperiksa sejumlah 2.219 ditemukan kondisi anemia 324 kasus, Kekurangan Energi Kronis (KEK) 320 kasus dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 187 kasus.
Kondisi ini harus menjadi perhatian serius dan tugas bersama bagaimana mengawal dan mengintensifkan kembali pendampingan bagi keluarga berisiko tersebut agar tidak muncul stunting baru.
Disampaikan lebih lanjut oleh Siti Sholihah, Kepala Bidang KB pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kalurahan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PMKPPKB) Kabupaten Kulon Progo, yang menjelaskan tentang pentingnya KB Pasca Persalinan (KB PP).
Hal tersebut sebagai salah satu upaya dalam mendukung penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Stunting. Dengan terlaksananya pelayanan KB yang baik termasuk pelayanan KB PP, upaya pengaturan kehamilan lebih terjaga, kehamilan tidak diinginkan bisa terhindar. Sehingga upaya preventif lahirnya anak stunting bisa ditekan dan AKI bisa diturunkan.
Sebagai best practise kegiatan TPK disampaikan dari TPK Sendangsari, Kapanewon Pengasih, yang diwakili unsur bidan, Meli Christy. Ia menunjukkan semangatnya untuk bisa mendampingi secara maksimal sesuai kemampuan yang dimiliki bersama-sama dengan unsur TPK yang lain. Ini mengingat masih dijumpai adanya kasus bumil dengan TB, hepatitis, KEK dan multipara (G7P5A1).
“Edukasi, fasilitasi pendampingan hingga merujuk ke pelayanan kesehatan sesungguhnya sudah dilakukan,” ujarnya.
Kegiatan yang sama akan dilanjutkan di empat kabupaten/kota lain. Diharapkan melalui intensifikasi pendampingan oleh TPK kepada keluarga berisiko stunting mampu menekan munculnya kasus baru stunting. n
Penulis : Ratna Anita Sari
Editor : FX Danarto SY/SR