SEMARANG, BKKBN, – Ratusan pensiunan pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang tergabung dalam “Juang Kencana” berhimpun di Semarang (Jawa Tengah)  dari 9-11 Agustus 2023. Kedatangan mereka untuk menghadiri kegiatan  Jambore Nasional Juang Kencana (Juken) VI.

Para pejuang program Keluarga Berencana (KB) itu datang dari  33 provinsi. Jejaring organisasi dan anggota Juken saat ini  berkembang di 33 provinsi dan 200 kabupaten/kota. Anggotanya berjumlah 10.000 orang lebih.  Termasuk di dalamnya pensiunan tenaga lini lapangan Penyuluh Lapangan  KB yang menyebar di pedesaan dan merupakan sebagian besar (75 persen) dari jumlah anggota Juken.

Melalui virtual, Prof. Dr. Haryono Suyono, MA. Ph.D, mantan   Menko Kesejahteraan Rakyat dan   Kepala BKKBN era orde baru mengatakan bahwa anggota Juang Kencana  merupakan pejuang-pejuang gerakan KB dan kependudukan   yang bersama-sama membangun keluarga dan penduduk. Sehingga keluarga menjadi  sejahtera dan penduduk menjadi  bermartabat dan mempunyai kemampuan  tinggi. Sehingga program KB Indonesia sukses dan dikenal dunia.

“Saudara- saudara merupakan kekuatan yang menyatukan beberapa komponen pembangunan di seluruh tanah air. Biarpun saudara sekarang sudah memasuki masa pensiun, saya harapkan cita-cita membangun kebersamaan bersama komponen-komponen lain tetap menjadi cita-cita dan program aksi saudara-saudara,” ujar Prof. Haryono Suyono.

Prof. Haryono mengingatkan agar anggota Juang Kencana tetap bersemangat mengajak para pensiunan dari berbagai komponen lain, dan mereka yang belum pensiun, untuk bersama-sama membangun keluarga dan penduduk.  “Yang sekarang masih agak kendur adalah bidang kesehatan, kemudian bidang pendidikan, dan  bidang ekonomi,” ujar Prof. Haryono menambahkan.

Prof. Haryono juga mengingatkan para pejuang KB untuk juga mengajak masyarakat mencintai lingkungan hidup di sekitarnya. “Lingkungan hidup, bukan lingkungan yang hidup, tetapi lingkungan yang kita hidupkan dengan misalnya program  yang kita namakan gizi keluarga di sekitar lingkungan kita.”

“Bukankah cita-cita kita adalah untuk menurunkan tingkat kematian ibu, termasuk usaha untuk menghilangkan stunting diantara anak-anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu muda sekarang ini,” imbuh Prof. Haryono.

Menyambut pernyataan seniornya itu, Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menyatakan bahwa lingkungan hidup bukan berarti tentang biotik-antibiotik atau tanaman dan hewan. 

“Lingkungan hidup itu adalah lingkungan yang kita hidupkan. Bagaimana kita bisa menghidupkan lingkungan. Jadi, ketika ada kita, maka lingkungan akan hidup. Kalau tidak ada kita, lingkungan itu redup. Tujuannya adalah bagaimana kita ada dan lingkungan itu jadi hidup,” ujar dr. Hasto.  

“Filosofi yang sangat tinggi ini adalah ketika ada kita, harus hidupkan lingkungan hidup. Bagaimana kita belajar untuk selalu menghidupkan lingkungan,” terang dr. Hasto.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Dra. Retno Sudewi, Apt, M.Si, MM yang mewakili Gubernur Jawa Tengah, sangat menyambut baik terselenggaranya acara ini. 

Gubernur Jawa Tengah, kata Retno,  sangat mendukung program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana  (Bangga Kencana) dalam rangka percepatan penurunan stunting. Terutama melalui upaya mendorong penurunan   Angka Kematian Ibu dan Anak melalui program lokal Jawa Tengah, di antaranya Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG).

Ada juga program penurunan angka perkawinan anak yang biasa disebut “Jo Kawin Bocah”, Guyub rukunnya tetangga-tetangga supaya anak-anak stunting mendapatkan gizi yang baik melalui program “Jogo Tonggo”, dan program rukun sesama anak-anak sebaya dengan nama “Jogo Konco”.

Unggulan Kota Semarang

Sementara itu, Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang akrab dipanggil Mbak Ita beserta jajarannya dikenal sebagai walikota yang pawai dalam mencari solusi atas kasus stunting. Ini terlihat atas keberhasilannya bersama jajaran terkait menelurkan  beragam inovasi. Hasilnya, prevalensi stunting di kota itu turun dari 21,3 persen pada  2021 menjadi 10,4 persen pada   2022.

Walikota juga mengemukakan kalau di Kota Semarang  kasus ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) cukup tinggi sebesar 10,43 persen di 2021, dan kasus ibu hamil  anemia sebesar 15,4 persen, serta kasus balita stunting 1,53%.

“Ibu hamil KEK dan anemia 4-5 kali lebih berisiko menyebabkan stunting. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Semarang meluncurkan Program Inovasi “Roberto Carlos” Bergerak Bersama Cegah Risiko Stunting Sejak Hamil.

Inovasi ini bertujuan  menurunkan angka ibu hamil KEK dan anemia dan mencegah terjadinya stunting. Kegiatan dari Inovasi ini berupa Kelas Ibu Hamil KEK dan Anemia. Di dalam kegiatan ini dilakukan edukasi dan konseling kesehatan Ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil, edukasi dan konseling gizi ibu hamil, senam hamil, serta cooking class atau demo masak untuk program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil.

Walikota mengatakan pemberian PMT dan paket sembako untuk ibu hamil KEK dan anemia dilakukan  setiap Jum’at secara bergiliran di setiap puskesmas yang ada di Kota Semarang. Inovasi ini merupakan kegiatan kolaborasi antara bidan, dokter, dan nutrisionis puskesmas serta Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Ada pula Inovasi Program “Pelangi Nusantara” (Pelayanan Gizi dan Penyuluhan Kesehatan Anak serta Remaja). Kata walikota, program ini merupakan inovasi komprehensif terkait pelayanan kesehatan dalam bidang gizi masyarakat.

Program ini melibatkan semua pihak dari pemerintah kota, Organisasi Perangkat Daerah terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, FKK), organisasi profesi (IDAI, PERSAGI, HIMPSI, IFI, PGDKI), perguruan tinggi, fasilitas kesehatan  pemerintah/swasta. Kegiatannya bertalian dengan program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Selanjutnya inovasi program “Rumah Pelita”, yakni Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta, yang merupakan wadah yang tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak stunting saja, namun juga mewadahi pelayanan bagi ibu hamil yang mengalami anemia dan KEK. Program ini, kata walikota, merupakan terobosan dalam upaya penanganan stunting dari hulu ke hilir. Seperti pola asuh, penanganan gizi, sanitasi, dan lain-lain. 

Sementara itu, Ketua Umum Juang Kencana, Drs. Pristy Waluyo, sangat mengapresiasi inovasi-inovasi yang telah dilakukan Kota Semarang. Sehingga menjadi kota yang layak dijadikan lokasi studi banding bagi daerah lain dalam program percepatan penurunan stunting, AKI dan anak. n

Penulis: Tri Wulandari Henny Astuti

Editor: Santjojo Rahardjo

Tanggal Rilis: Kamis, 10/08/2023

Media Center BKKBN

mediacenter@bkkbn.go.id

0812-3888-8840

Jl. Permata nomor 1

Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.