SIARAN PERS BKKBN
Nomor: 608/M.C/I/2023
Melalui KKN Tematik, BKKBN Ajak Perguruan Tinggi untuk Percepat Turunkan Stunting
JAKARTA—Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik.
“Saya berharap perguruan tinggi bisa memperbanyak program KKN (Kuliah Kerja Nyata) tematik untuk mengawal dan mendampingi keluarga berisiko memiliki anak stunting. Mahasiswa KKN tematik di daerah nantinya bisa bekerjasama dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang telah dibentuk BKKBN,” kata Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam Webinar Nasional Keperawatan dan Oral Presentasi dengan tema “Generasi Emas, Generasi Bebas Stunting” yang diselenggarakan oleh Universitas Muhamadiyah Klaten (UMKLA), Rabu (18/01/2023).
Menurut Hasto, BKKBN telah menyiapkan sekitar 600 ribu personil yang tergabung dalam 200 ribu Tim Pendamping Keluarga (TPK). Setiap tim beranggotakan tiga orang dari unsur bidan, kader pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK), dan kader keluarga berencana (KB) dikerahkan di seluruh wilayah di Indonesia.
“Selain melalui KKN tematik pencegahan stunting, perguruan tinggi juga bisa mengambil peran melalui merdeka belajar kampus merdeka, dan platform dana pendamping Kedaireka. BKKBN telah bekerjasama dengan Forum Rektor dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,” ungkap Hasto.
Perguruan tinggi, ujar Hasto, telah banyak berkontribusi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Melalui berbagai program seperti Kampus Merdeka mahasiswa, dapat mengasah kemampuan dan mempraktikkan ilmunya secara langsung di tengah masyarakat.
Lebih lanjut menurut Dokter Hasto, stunting bisa terjadi karena kurang sehat, kurang gizi dan pola pengasuhan yang tidak baik. Akibatnya anak menjadi tidak tinggi, tidak cerdas dan tidak sehat. Mencegah stunting lebih mudah daripada mengatasi, sehingga mahasiswa melalui KKN tematik bisa mendampingi dan Ibu hamil karena jumlahnya cukup banyak.
Berdasarkan data Profil Keluarga Indonesia 2021 Kementerian Kesehatan, jumlah ibu hamil tahun 2021 mencapai 4.884.711 orang. Dengan angka lahir hidup 4.438.141dan lahir mati mencapai angka 22.257.
Sementara itu Ketua Ikatan Perawat Anak Nasional Indonesia (IPANI) Dr. Allenidekania, S.Kep, M.Sc, dalam seminar yang digelar secara daring ini mengatakan Perkembangan anak dipengaruhi banyak faktor, seperti gizi baik makro maupun mikro, sosial budaya, pola pengasuhan, dan lingkungan.
“Mencegah stunting harus secara sistematis, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, salah satunya tentunya dari institusi pendidikan yakni perguruan tinggi,” kata Alleni.
Stunting menurut Alleni yang juga Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dapat dicegah pada periode 1000 hari pertama kehidupan melalui pendekatan multi disiplin, intervensi spesifik dan sensitif menyasar ibu hamil-nifas, bayi 0-24 bulan dan calon pengantin. n
Penulis : Tri Setyo Rachmanto
Editor: Ade Anwar
Tanggal Rilis: Rabu, 18 Januari 2023
Media Center BKKBN
mediacenter@bkkbn.go.id
0812-3888-8840
Jl. Permata nomor 1
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Tentang BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunanan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.