JAKARTA—Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) punya strategi jitu untuk mencegah lahirnya anak stunting baru. Strategi dalam upaya percepatan penurunan stunting itu dengan cara mengenali dengan baik sumber-sumber terjadinya stunting.

“Kalau kita ingin mengejar kasus stunting yang sudah terjadi, kita sering kehabisan waktu. Maka strategi yg paling hebat adalah mencegah lahirnya anak stunting baru,” kata Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, dalam penjelasannya, Selasa (19/07/2022).

Menurut Hasto, kepala daerah dan wakil kepala daerah, serta ketua tim percepatan penurunan stunting harus mengenali sumber-sumber lahirnya bayi stunting baru ini.

Sumber pertama adalah orang yang mau menikah. Oleh karena itu menurut Hasto, semua warga yang mau menikah, harus memeriksakan diri terlebih dahulu untuk mengetahui risiko stunting selama kehamilan.

“Harus diperiksa. HB-nya berapa? Lingkar lengannya berapa? Tinggi dan berat badannya berapa? Kalau sudah diperiksa maka akan terlihat memenuhi syarat atau tidak untuk hamil. Atau kalau hamil, anaknya bakal stunting atau tidak,” kata Hasto yang juga dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Sp.O.G) ini.

Jika hasil pemeriksaan HB menunjukkan angka di bawah 11 gr/dl dan lingkar lengan calon pengantin wanita kurang daru 23,5 centimeter maka bayi yang dikandung dan akan dilahirkan berisiko stunting.

“Menikahnya tetap boleh. Kehamilannya yang harus ditunda,” kata Hasto.

Selain itu, faktor sensitif yang menyebabkan terjadinya stunting, menurut Hasto juga harus dikenali dengan baik. Faktor sensitif yang mengakibatkan stunting itu terkait dengan lingkungan, yakni ketersedian jamban atau toilet, ketersediaan air bersih, serta higienitas lingkungan rumah.

“Kalau bapak wakil bupati sebagai ketua tim percepatan penurunan stunting dan bapak ibu OPDKB ingin punya data itu maka sekarang pula bisa di dapat. Saya berharap kepala OPDKB punya faktor sensitif siapa saja warganya yang tidak punya jamban, tidak punya air bersih, by name by address, datanya ada di BKKBN. Tim Percepatan penurunan stunting harus punya data ini. Boleh minta di BKKBN,” kata Hasto.

Berdasarkan statistik, sambung Hasto, jika ada 100 ribu penduduk, maka angka kelahiran rata-rata adalah 1.000 jiwa dengan 12-18 anak yang dilahirkan adalah anak stunting.

“Ada yang 16 kelahiran stunting, ada yang 12 seperti di Jawa Timur, ada yang 18 seperti di Sumatera Utara, NTT,” ujarnya.

Terkait dengan upaya pencegahan stunting, BKKBN telah meluncurkan aplikasi Elsimil (elektronik siap nikah dan siap hamil) yang bisa diunduh melalui Playstore. Aplikasi ini ditujukan bagi calon pengantin dan remaja agar lebih memahami pentingnya pencegahan stunting bagi anak yang akan menjadi pemimpin di masa depan.n (FBA)

 

 

Media Center BKKBN

mediacenter@bkkbn.go.id

0812-3888-8840

Jl. Permata nomor 1 

Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

 

Tentang BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga yang mendapat tugas untuk mengendalikan jumlah penduduk melalui penyelenggaraan program kependudukan dan Keluarga Berencana, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pembangunan keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009  tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

 

BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting